Oleh : Akhmad Sujadi
(Pemerhati Transportasi)
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan memberikan bantuan berupa subsidi bagi penyelenggaraan angkutan Tol Laut, Kapal Perintis dan Kapal Ternak. Subsidi sangat diperlukan agar kapal-kapal Tol Laut, Kapal Perintis dan Kapal Ternak dapat berlayar untuk menggerakkan perekonomian di daerah terpencil, tertinggal, terdepan dan perbatasan (T3P), sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam pertumbuhan ekonomi.
Tran Jakarta, Busway sebagai angkutan darat di DKI mendapatkan subsidi berkisar Rp 5 triliun pertahun dari Pemprov DKI. Tantangan dan medan yang dilalui Trans Jakarta hanya di wilayah Jakarta yang jalannya khusus, aspalnya mulus dan beroperasi di daerah keramaian. Sementera subsidi angkutan laut untuk seluruh Indonesia, utamanya untuk daerah T3P dengan medan berat penuh tantangan di laut. Ombak badai yang ganas penuh tantangan menjadi menu sehari-hari saat berlayar.
Disebut T3P karena daerah itu letaknya secara geografis terpencil, letaknya jauh dari ibu kota, baik ibu kota provinsi maupun ibu kota negara. Tertinggal karena fasilitas didaerah tak selengkap Jawa yang serba mudah mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Terdepan, karena letak pulau-pulau ini di daerah luar, di bagian depan Indonesia dan sebagaian berada dibatas negara. T3P, sebuah sebutan untuk memudahkan komunikasi.
Beberapa daerah T3P yang pernah penulis kunjungi dintaranya Natuna, Tarempa, Tahuna, Lirung, Keratung. Moa, Kisar, Sabang dan Banda Neira. Daerah T3P umumnya terdiri pulau-pulau kecil, jauh dari ibu kota, dan jauh dari hingar bingar kehidupan layaknya kita yang tinggal di pulau besar seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Transportasi utama untuk keluar pulau hanya kapal laut yang bisa membawa barang dalam jumlah besar agar mereka bisa terkoneksi dengan daerah yang lebih maju. Konektivitas daerah T3P dengan daerah yang lebih maju dapat saling melengkapi kebutuhan masing-masing pulau, sehingga mampu menggerakkan ekonomi agar terus berdenyut sepanjang kehidupan.
Sebelum ada kapal perintis dan tol laut kehidupan di daerah T3P, berbeda dengan kehidupan di Jawa. Kesulitan transportasi menjadi warga sulit memperoleh bahan pokok dan barang penting, kalaupun ada, barang menjadi mahal. Beda dengan di Jawa dimana segala kebutuhan dapat dipenuhi dengan mudah, dengan harga terjangkau. Sedangkan di daerah T3P, sangat sulit dan mahal.
Namun sejak ada Tol Laut yang diinisiasi Pak Jokowi, pelan dan pasti daerah T3P mulai berkembang. Hadirnya Tol Laut dengan pola subsidi angkutan, kini terbukti daerah T3P semakin maju. Hampir segala kebutuhan dapat dipenuhi dari daerah maju. Keberhasilan pemerintah mengatasi disparitas harga dengan kapal Tol Laut, Kapal Perintis dan Kapal Angkutan Ternak telah mensejahterakan daerah T3P.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan BUMN PT. PELNI (Persero), PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), PT. Djakarta Lloyd (Persero) dan perusahaan pelayaran swasta menyelenggarakan angkutan Tol Laut, Kapal Perintis dan Kapal Ternak.
Kepada para operator yang melaksanakan tugas negara melayari pulau-pulau daerah T3P, pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk subsidi operasional, subsidi kontainer maupun subsidi muatan, disesuaikan dengan rute atau daerah tujuan kapal. Dengan pola demikian, subsidi lebih efektif dan efisien.
Kenapa Angkutan Laut perlu dibantu subsidi? Melayani daerah T3P bukan perkara mudah. Gelombang tinggi, angin kencang, badai dan cuaca sering menjadi tantangan bagi para pelaut, tantangan bagi dunia pelayaran. Sementara penumpang dan pengirim barang jumlahnya sedikit, sehingga kapal komersial tidak masuk daerah T3P.
Karena dihuni sedikit penduduk, derah T3P tidak tersedia muatan balik. Ketika kapal balik dari daerah T3P, barang yang diangkut sangat terbatas. Demikian juga angkutan orang, yang bepergian juga tak sebanyak di Jakarta. Meski tak banyak muatan, daerah T3P perlu dipasok kebutuhan pokok, karena itu pemerintah mengoperasikan kapal Tol Laut, Kapal Perintis dan Kapal Ternak untuk berlayar kontinyu agar ketersediaan barang pokok dan barang penting tercukupi, harganya stabil.
Tahun 2020 pemerintah telah menetapkan 26 trayek kapal Tol Laut yang akan menyinggahi 100 pelabuhan melalui 70 kabupaten/kota dan menyinggahi 20 provinsi di Indonesia. Dari 26 kapal tersebut terdiri 14 kapal Tol Laut milik negara, 5 kapal milik PELNI, 5 kapal ASDP, serta 2 kapal swasta. Dari 26 kapal terdapat 20 trayek penugasan kepada BUMN, masing-masing 8 trayek kepada PT. PELNI (Persero) , 7 trayek kepada PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan 5 trayek kepada PT. Djakarta Lloyd (Persero).
Dikutip dari rilis Direktorat Jenderal Angkutan Laut, pada September 2020, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan, Capt Antoni Arif Priadi mengatakan, 6 trayek lainnya dilakukan melalui mekanisme pelelangan umum bagi perusahaan pelayaran swasta, di mana 5 trayek di antaranya sudah dilelangkan.
Menurut Antoni, mengenai angkutan laut perintis, masih menjadi angkutan laut yang sangat diandalkan masyarakat kepulauan di daerah T3P, mengingat ketiadaan transportasi jenis lain (darat dan udara) yang beroperasi di wilayah tersebut.
“Tanpa kehadiran Kapal Perintis, urat nadi perekonomian di pulau tersebut akan terganggu. Kapal Perintis dapat mengangkut hingga 500 orang dan menghubungkan kepulauan berkategori 3TP dengan pelabuhan-pelabuhan lebih besar,” katanya.
Hingga saat ini terdapat 116 unit kapal perintis yang melayani 110 trayek menyinggahi 466 pelabuhan singgah di 171 kabupaten/kota di 28 Provinsi di Indonesia.
Untuk membawa penumpang ke pelabuhan-pelabuhan yang belum memiliki dermaga atau memiliki kedalaman alur dangkal, Kementerian Perhubungan memberikan subsidi kepada 20 unit Kapal Rede. Kapal ini dioperatori oleh PT Pelni untuk melayani 20 trayek di 28 pelabuhan singgah melalui 18 kabupaten/kota di 11 Provinsi di Indonesia.
“Keberadaan kapal rede ini, berfungsi untuk melayani antar jemput para penumpang, yang berasal dari dan ke kapal-kapal besar yang tidak bisa sandar ke dermaga pelabuhan,” katanya.
Melalui Program Tol Laut juga diberikan subsidi untuk angkutan kapal ternak. Rute kapal ternak yang dirintis dengan 1 kapal dari Kupang-Tanjung Priok-Cirebon-Kupang ini telah berkembang menjadi 6 kapal. KM. Camara Nusantara I dioperasikan PELNI, sementara 5 kapal lainnya dioperasikan ASDP dan perusahaan pelayaran swasta.
Hadirnya kapal ternak telah meningkatkan kesejahteraan pertenak. Naiknya nilai perdagangan ternak dan pemerataan pengembangbiakan ternak sapi di berbagai pulau di Indonesia. Kapal ternak juga telah meningkatkan tingkat kesejahteraan hewan, hal ini karena pola pemuatan dan pembongkaran ternak diperlakukan secara baik. Kalau sebelumnya untuk menaikkan ternak harus dikantet pakai tambang, kini cukup digiring dari dan ke kapal. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar