Banten (wartalogistik.com) – Masyarakat
yang mencari nafkahnya sebagai nelayan di kawasan Banten Lama, Serang, Banten selama
beberapa tahun ini mengeluhkan pendangkalan alur masuk Pelabuhan Karangantu.
Atas keluhan itu, Kentor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Karangantu,
Serang, Banten, mengusulkan
alur pelayaran Pelabuhan Karangantu sepanjang 1,8 km agar kegiatan keluar masuk kapal-kapal tradisional nelayan bisa kembali norma.
“Sudah diusulkan pada tahun lalu untuk
melakukan pengerukan di sepanjang alur pelabuhan agar keluar masuk kapal
tradisional masyarakat yang kesehariannya mencai ikan bisa berlangsung dengan
baik, ” ujar Wawan, Kepala UPP Karangantu, Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut, Kementerian Perhubungan, awal April lalu.
Menurut
Wawan, kegiatan pengerukan terakhir dilakukan tahun 2008, saat ini kedalaman
pada saat air sedang surut mencapai 0,5 meter, sehingga kapal-kapal dibawah 7 GT sulit untuk masuk
“Namun demikian kegiatan di pelabuhan ini tidak terhenti. Para pengguna alur pelabuhan sudah memahami kondisi itu, sehingga keluar mauk kapal menunggu air pasang,” ujarnya.
“Namun demikian kegiatan di pelabuhan ini tidak terhenti. Para pengguna alur pelabuhan sudah memahami kondisi itu, sehingga keluar mauk kapal menunggu air pasang,” ujarnya.
Jika kedalaman mencapai 2 atau 3 meter setelah dikeruk, tambah Wawan, maka kegiatan kapal yang keluar masuk bisa berjalan baik, tanpa menunggu pasang surut.
Dalam usulan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, lanjut Wawan, area pengerukan sepanjang 1,8 km dengan kedalaman dibawah permukaan pasang surut air terendah 2 m. Volume lumpur yang akan dokerk sekitara 50.000 m 3 , dengan biaya mencapai Rp 6 miliar.
Dalam usulan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, lanjut Wawan, area pengerukan sepanjang 1,8 km dengan kedalaman dibawah permukaan pasang surut air terendah 2 m. Volume lumpur yang akan dokerk sekitara 50.000 m 3 , dengan biaya mencapai Rp 6 miliar.
“Diharapkan
usulan ini dapat segera direalisasi, sehingga apa yang menjadi keluhan pengguna
jasa kepelabuhan terjawab, “ ujarnya
Menurut
Wawan, sedikitnya 2000 kapal dengan bobot sampai 7 GT sandar di pelabuhan tradisional itu..
”Kapal yang
beroperasi umumnnya merupakan kapal nelayan, “ ungkap Wawan.
Pelabuhan
ini memiliki dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara, antara lain kegiatannya
pendaratan ikan hasil tangkapan nelayan, dan juga menjadi tujuan wisata yang
cukup di wilayah ini.
Dilihat dari
sejarah, Pelabuhan Karangantu, sebetulnya merupakan pelabuhan kedua setelah
Pelabuhan Sunda Kelapa. Posisinya sekarang
di wilayah Banten Lama, tentu saja menyimpan kejayaan masa lampau. Dulu
merupakan bandar yang sangat ramai disinggahi para saudagar muslim berasal dari
Arab, Persia dam Gujarat.
Itu sebabnya
pada tahun 1511 saat Malaka jatuh ke
tangan Portugia, banyak pedagang yang tidak menyukai penjajah, mengalihkan pelayaran ke Banten yang terletak
di ujung barat bagian Jawa. Hal itu dinilai, karena pelabuhan tersebut memiliki
nilai ekonomis dan geografis yang bagus.
Catatan Tom
Pires, pedagang dan ahli obat-abatan asal Portugis menyebut Pelabuhan
Karangantu merupakan pelabuhan terbesar
kedua setelah Pelabuhan Sunda Kelapa di Jayakarta dalam buku "Mengenal
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kota Banten Lama" oleh Uka Tjandrasasmita,
Hasan M Ambary, dan Hawany Michrob.
Pada abad
16, pelabuhan ini menjadi tempat persinggahan para pedagang sebelum melanjutkan
perjalanan ke benua Australia. Bahkan, Belanda saat pertama kali masuk ke Pulau
Jawa pada tahun 1596 memakai jasa pelabuhan ini untuk berlabuh.
Ditulis pada
buku itu, Gubernur Belanda Jan Piterzoon Coen menyebut, bahwa pernah perahu asal Tiongkok yang membawa
barang senilai 300.000 real di Karangantu. Peninggalan masa keemasan pelabuhan
tersebut, kini dapat dilihat di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.
Ada yang
bertanya kenapa nama pelabuhan itu dianonimkan dengan mahluk astral. Itu tidak
lain, karena mitos yang beredar di masyarakat. Ada seorang Belanda yang membawa
guci berisikan hantu. Hingga suatu hari guci itu pecah dan hantu yang di
dalamnya keluar. Mulai saat itulah pelabuhan yang telah berganti menjadi
kampung nelayan ini diberi nama Pelabuhan Karangantu. Abu Bakar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar