Jakarta ( wartalogistik.com)
Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Dirjen Hubud) Agus Santoso kembali
meminta jajaran regulator dan operator penerbangan baik di pusat maupun di
daerah untuk mewaspadai cuaca ekstrim pada awal Maret ini.
Hal tersebut mengacu pada rilis yang
dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 6
Maret lalu yang menyatakan ada potensi hujan lebat yang meningkat di sebagian
besar wilayah Indonesia pada 7-10 Maret ini.
Agus Santoso meminta maskapai
penerbangan, pengelola bandara dan AirNav Indonesia untuk mempererat kerjasama
dan koordinasi dengan otoritas bandara setempat. Terutama dalam hal operasional
penerbangan dan pelayanan kepada penumpang yang terdampak. Agus mengingatkan
semua pihak untuk selalu patuh pada aturan. Seperti misalnya patuh pada Surat
Edaran Keselamatan Ditjen Perhubungan Udara bernomor SE 16 tahun 2017 tentang Peningkatan
Kewaspadaan terhadap Kondisi Cuaca Ekstrim.
"Hujan lebat dan cuaca ekstrim
bisa mempengaruhi operasional penerbangan baik itu saat pesawat hendak mendarat
maupun hendak terbang. Juga mempengaruhi operasional bandara. Hal itu bisa
berdampak pula pada pelayanan pada penumpang seperti misalnya penundaan
penerbangan. Jadi semua pihak harus waspada sehingga keselamatan, keamanan dan
kenyamanan pelayanan penerbangan tetap terjaga," ujarnya.
Kondisi bandara terutama di landasan
pacu harus benar-benar diperhatikan, apakah ada genangan air atau tidak.
Pengelola bandara harus selalu menginformasikan kondisi terbaru terkait
cuacanya kepada operator lain dan otoritas bandara setempat. Jika sekiranya
kepala bandara berpendapat bandara tidak layak melayani operasional penerbangan
akibat cuaca ekstrim ini, Agus menginstruksikan kepala bandara untuk bertindak
tegas dengan menutup sementara bandara dari operasional penerbangan.
Di sisi lain Agus juga meminta para
penumpang memaklumi akan kondisi ini dan selalu mematuhi aturan-aturan
penerbangan yang diinstruksikan oleh petugas maskapai dan bandara.
"Penumpang saya minta maklum
jika nanti ada delay atau pembatalan penerbangan. Di sisi lain, petugas
maskapai dan bandara juga harus memberikan penjelasan yang up to date dan
gampang dimnegerti oleh penumpang. Dengan demikian terjadi kerjasama yang baik
dan tidak menimbulkan kejadian-kejadian negatif," lanjut Agus.
Seperti diketahui, BMKG pada 6 Maret
lalu merilis kondisi cuaca untuk tanggal 7 - 10 Maret 2018 ini. Menurut BMKG,
kondisi atmosfer pada rentang waktu tersebut diindikasikan mengalami
peningkatan dengan ditandai dan terdeteksi adanya aliran udara basah dari
Samudera Hindia ke wilayah Indonesia. Kondisi tersebut diperkirakan
mengakibatkan potensi hujan dengan intensitas lebat terjadi di beberapa wilayah
Indonesia.
Wilayah-wilayah tersebut di
antaranya: Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah
bagian Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua Barat.
Dengan adanya situasi potensi cuaca ekstrem ini,
BMKG mengeluarkan imbauan pada masyarakat untuk waspada potensi genangan,
banjir maupun longsor bagi yang tinggal di wilayah berpotensi hujan lebat
terutama di daerah rawan banjir dan longsor. Waspada terhadap kemungkinan hujan
disertai angin yang dapat menyebabkan pohon maupun baliho tumbang/ roboh. (Abu
Bakar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar