Jakarta (wartalogistik.com) - PT Kereta Api Indonesia (KAI) siap kerja sama atau kemitraan dengan skema joint operation. Hal itu dilakukan KAI kinerja kereta api barang optimal.
Selain itu juga ditawarkan opsi lainnya antara lain joint venture profit & loss sharing, serta consortium partnership model.
Hal itu disampaikan oleh Fredi Firmansyah EVP of Freight Marketing & Sales KAI pada FGD “Peluang Bisnis Menggunakan Fasilitas Logistik yang Terintegrasi dengan Moda Transportasi Kereta Api” di Jakarta (19/9).
KAI mempunyai berbagai infrastruktur dan fasilitas pengangkutan barang yang dapat diusahakan bersama oleh KAI dan para mitra.
Terminal petikemas KAI, misalnya, terdapat di Pasoso, JICT, Sungai Lagoa, Jakarta Gudang, Lemah Abang/CDP, Klari, dan Gedebage. Lokasi lainnya di Cibungur, Krenceng, Semarang, Benteng, Kalimas, Indro, dan Rambipuji.
Untuk memastikan ketersediaan muatan yang cukup di first mile maupun last-mile, KAI mengembangkan model layanan berorientasi door-to-door dengan menerapkan joint market, single tariff, single data, single payment, dll. Dengan model layanan terbaru pengangkutan KA barang ini diharapkan dapat menurunkan total tarif angkutan dan waktu tempuh (lead time) door-to-door.
Pengangkutan KA barang mempunyai berbagai keunggulan, yaitu kompetitif, cepat, aman, tepat waktu, bebas pungli, dan kapasitas besar. Selain itu, keunggulan lainnya adalah ramah lingkungan, fleksibel, multikomoditas, pembayaran mudah, dan berasuransi.
CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengapresiasi KAI yang terus berupaya meningkatkan penggunaan moda transportasi rel untuk pengangkutan barang di Indonesia yang saat ini masih rendah.
Data BPS menunjukkan kontribusi angkutan rel terhadap PDB tahun 2022 hanya sebesar 1,8 persen. Kontribusi masih didominasi angkutan darat 60,8 persen, diikuti angkutan udara (26,6 persen), angkutan laut (7,1 persen), serta angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (3,7 persen).
Penggunaan moda transportasi rel yang lebih efisien daripada moda transportasi jalan akan berdampak terhadap penurunan biaya transportasi dan logistik. Manfaat lainnya adalah penurunan tingkat kemacetan, konsumsi bahan bakar, dan tingkat pencemaran udara dengan pengalihan penggunaan truk ke kereta yang berkapasitas lebih besar, penurunan risiko kecelakaan dan tingkat kerusakan jalan akibat muatan berlebih truk.
Setijadi menyatakan diperlukan dukungan pemerintah untuk mendorong peningkatan daya saing dan pengembangan pengangkutan barang dengan kereta melalui berbagai langkah dan kebijakan, maupun kerja sama dan sinergi dengan para pelaku usaha dan pihak terkait.
(Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar