Jakarta ( wartalogistik.com) - Proses pembuatan aplikasi Seacomm (Shipping Enterprises Alliance Communication Media ) yang diinsiasi Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut (Dit. Lala), Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla), Kementerian Perhubungan perkembangan sampai saat ini sudah mencapai 70% dan sedang diujicobakan secara internal.
"Kami harap sebelum akhir tahun, Seacomm sudah dapat dimanfaatkan oleh para stakeholder. Oleh karenanya diharapkan para stakeholder dapat segera bergabung dalam program Indonesian SEA untuk kembali menggeliatkan ekspor Indonesia ke pasar internasional," ungkap Direktur Lalu Lalu Lintas Angkutan Laut, DR. Capt. Mugen Sartoto M.Mar ketika dikonfirmasi secara tertulis, Rabu ( 13/10).
Disampaikan juga, sebagai sistem informasi pembuatannya membutuhkan proses alias tidak sekali buat langsung jadi. Dalam tahap proses ada tim kajian dan konsultan IT.
" Yang jelas kita libatkan banyak pihak, ada praktisi dan ada juga akademisi," katanya.
Ketika ditanya saat ini apakah masih pada tahap proses pengumpulan bahan-bahan untuk Seacomm dari tim kajian dan para konsultan IT, Capt. Mugen Sartoto menyampaikan masih ada tahapan itu, namun juga secara paralel sistemnya juga dibangun. Dengan begitu antara bahan-bahan yang dibutuhkan dengan sistem yang sedang dibangun bisa saling mengisi dan akhirnya secara bersamaan bisa selesai untuk difungsikan.
" Dan saat ini sudah masuk tahap diujicobakan secara intrrnal' tegasnya.
Seacomm merupakan sistem yang mempertemukan informasi antara pemilik barang dan perusahaan pelayaran. Informasi dari pemilik barang ( eksportir, importir, forwarder) berupa jenis produk atau komoditas yang akan didistribusikan serta asalnya, itu akan dipertemukan dengan informasi dari operator kapal mengenai jadwal dan tujuan kapal dan kapasitas angkut yang tersedia.
Dari interaksi pihak pelayaran dan pemilik barang tersebut diharapkan terjadi proses pengangkutan komoditas melalui angkutan laut dengan lancar.
Selanjutnya platform tersebut dintegrasikan dengan platform berbagai pemangku kepentingan lainnya terkait dengan pendistribusian barang atau komoditas.
Sebelumnya juga Capt. Mugen Sartoto saat menjadi narasumber di acara Podcast Ditjen Perhubungan Laut dengan tag "Bukan PHP" sebagai rangkaian Perayaan Hari Maritim Nasional 2021 yang disiarkan melalui kanal Youtube resmi Ditjen Perhubungan Laut, (23/9).
“Saat ini kami sedang mencari keberadaan muatan yang akan di ekspor khususnya oleh para pengusaha UMKM, klasifikasi muatannya seperti apa, kebutuhan kontainernya sebanyak apa, Pelabuhan tujuan ekspornya kemana saja. Kemudian kami juga melihat kondisi seperti ini idealnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan pelayaran nasional untuk go-internasional, tentunya dengan dukungan penuh dari pemerintah," ujar Capt. Mugen.
Selaras dengan gagasan mengatasi kesulitan ekspir itu, maka di wacanakan adanya Indonesian SEA yakni adanya wadah untuk bergabungnya perusahaan pelayaran nasional melayani jalur internasional. Mengingat yang dibutuhkan pihak perusahaan pelayaran untuk masuk melayani trayek global adalah muatan, maka Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut juga menyiapkan media komunikasi Shipping Enterprises Alliance Communication Media (Seacomm) bagi produsen dan para pengusaha pelayaran nasional untuk dapat bertukar data dan informasi terkait barang yang akan diekspor serta ketersediaan ruang muat di atas kapal.
Proses kajian Indonesia Sea dan Seacomm juga berlangsung melalui Focus Group Discussion ( FGD) Indonesia Shipping Enterprises Alliance ( Indonesia Sea) untuk Mendukung Ekspor Nasional pada 27 September 2021, secara virtual. Hadir dalam FGD itu PLT. Dirjen Perhubungan Laut Arif Toha, Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid, Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto, Akademisi Saut Gurning dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan sejumlah pelaku dan pengguna jasa pelayaran.
Sebagai pembicara Kepala Badan Litbang DR. Umar Aris, yang menyampaikan materi Dibalik Tingginya International Ocean Freight Dan Kurangnya Ruang Muat Kapal : Peluang dan Tantangan Bagi Armada Pelayaran Nasional. Selain itu juga dari pihak perusahaan pelayaran sebagai pembicara Direktur PT Meratus.
Pihak Tim Pengkaji dari ITS yang diwakili DR. Saut Gurning dalam pembahasannya merancang rencana pemerintah itu dilakukan dengan tiga opsi. Pertama, pembentukan Indonesian SEA. Kedua mengatasi krisis kontainer dan yang ketiga pembangunan plat form Seacomm.
( Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar