Jakarta ( wartalogistik.com) - Sinerji serikat pekerja sangat dibutuhkan dalam memperjuangkan kepentingan anggotanya. Hal itu ditunjukan oleh Serikat Awak Kapal dan Transportasi Indonesia (SAKTI) yang bergabung dengan dengan Serikat Pekerja Pelabuhan Indonesia (FPPI) dan berada dibawah naungan serikat global International Transportworkers’ Federation (ITF).
Pengumuman sinerji itu disampaikan saat perhelatan upacara Selamat Datang Menjadi Keluarga Besar FPPI dan ITF di markas SAKTI, Jakarta Utara, Rabu, (15/9)
“Kami bergababung Federasi Pekerja Pelabuhan Indonesia (FPPI) dan ITF karena selama ini sudah mengetahui perjuangannya dalam memperjuangkan masalah pekerja maritim dan demi menjawab tantangan pekerja maritim di Indonesia,” ujar Ketua Umum SAKTI Dewa Nyoman Susilayasa yang menyampaikan kata sambutannya, pada upacara Selamat Datang itu.
Dalam upacara Selamat Datang itu juga memberikan sambutan Regional Officer untuk kawasan Asia Pacific, Jagath Bandara melalui zooming dari sekretariatnya yang berada di Sydney, Australia.
Dewa mengatakan, dalam memperjuangkan masalah pekerja maritim juga membutuhkan dukungan secara global mengingat pekerja maritim seperti pelaut terkait juga dengan perusahaan yang ada dengan negara lain. Dengan begitu upaya mengatasi masalah pekerja maritim dalam rangka mewujudkan kesejahteraan pekerja maritim, baik pelaut maupun pekerja di pelabuhan di Indonesia bisa dicapai.
“Sebagai serikat tentunya membutuhkan sinerjitas sehingga adanya kebersamaan untuk memperjuangkan masalah-masalah pekerja maritim yang di dalamnya adalah pelaut," kata Dewa.
Dikatakan juga, dalam kegiatan internal pihaknya akan terus menyosialisasikan kepada pekerja mengenai pentingnya berorganisasi, karena masih banyaknya pelaut yang belum memahami hak-haknya seperti bagaimana menerima haknya dalam Perjanjian Kerja Laut (PKL) sebagai perlindungan kesejahteraannya.
" Saat ini masih ada masalah pelaut yang kami tangani pada saat naik kapal masih belum lengkap dengan PKL . Hal ini merupakan bagian yang harus kami atasi dengan mengajak pelaut agar berorganisasi sehingga bisa berdialog mengenai hak-hak dan kewajibannya sebelum naik kapal," kata Dewa.
Terkait dengan perusahaan sebagai pihak pemberi pekerja, dan pemerintah sebagai regulator, Dewa menyatakan SAKTI akan mengambil sikap yang koperatip dan aktip untuk dialog agar masalah-masalah yang terjadi bisa diselesaikan.
" Pada pemerintah sebagai regulator kami juga memberikan masukan-masukan agar regulasi-regulasinya juga memperhatikan kepentingan pekerja maritim," katanya.
Dari ITF Regional Officer untuk kawasan Asia Pacific Jagath Bandara mengatakan pentingnya membangun kapasitas dan kekuatan pekerja maritim di Indonesia.
“Saya mengucapkan selamat datang kepada SAKTI di dalam keluarga besar ITF. Saat pekerja maritim ada di garda depan mata rantai logistik, maka perlu pemberdayaan dan pembangunan anggota secara berkelanjutan,” ujar Jagath.
Menurutnya, lingkup kerja ITF dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kondisi kerja bagi pekerja maritim di seluruh dunia.
“ITF mendukung pekerja transportasi untuk tumbuh dan membangun kapasitas dengan optimal. ITF bersama 18,5 juta anggota globalnya tentu mendukung langkah SAKTI bersama FPPI dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan pekerja transportasi Indonesia,” katanya.
Ketua Umum Federasi Pekerja Pelabuhan Indonesia (FPPI), Nova Sofyan Hakim mengatakan posisi pekerja maritim Indonesia sangat strategis bagi kepentingan ekonomi nasional dan global.
“Di saat yang sama, kita dihadapkan dengan situasi pandemi. Maka upaya FPPI adalah untuk bagaimana melindungi pekerja dan keluarganya. Dengan SAKTI menjadi bagian dari FPPI dan ITF, saya optimis dalam menjawab tantangan pelaut dan pekerja pelabuhan ke depan,” ujar Nova.
(Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar