Jakarta (wartalogistik.com) - Latihan Bersama
Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut atau yang dikenal juga sebagai Marine
Pollution Exercise (MARPOLEX) Tahun 2019 di Davao Filipina agendanya menguji kemampuan Filipina, Indonesia, dan
Jepang dalam bekerjasama menanggulangi terjadinya musibah tumpahan minyak.
Adapun acuan dalam latihan itu adalah perjanjian bilateral antara Indonesia-Filipina
yakni Sulu Sulawesi Oil Spill Response Network Plan 1981 serta ASEAN Regional
Oil Spill Contingency Plan yang diadopsi pada Sidang ASEAN TMM ke-24 bulan
November 2018.
MARPOLEX merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap
dua tahun sekali antara Indonesia dan Filipina dengan menggandeng Jepang
sebagai observer. Kegiatan latihan bersama itu akan berlangsung tanggal 1 sampai
dengan 5 Juli 2019.
Direktur Penjagaan Laut dan Pantai, Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut, Ahmad latihan bersama itu dengan konsep Real-Situation, yakni
pelaksanaan pelatihan dikondisikan sesuai dengan keadaan pada saat terjadi
nyata keadaan darurat tumpahan minyak di laut, baik dari segi mekanisme
prosedur, alur komando, komunikasi, dan penyampaian informasi serta organisasi
operasi.
“Dengan
menggunakan konsep Real-Situation Skenario, diharapkan tujuan utama dari latihan
ini dapat tercapai, yaitu melatih dan familiarisasi prosedur, tugas dan
aktifitas organisasi operasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan
minyak di laut sebagai bekal persiapan jika terjadi nyata,” jelas Ahmad, Jum,at (14/6).
Konsep latihan yang akan dilaksanakan pada Regional
MARPOLEX 2019 tidak hanya menguji coba kesiapsiagaan personil dan peralatan
dalam penanggulangan tumpahan minyak, namun juga menguji coba prosedur
penanggulangan tumpahan minyak dengan melibatkan bantuan negara tetangga.
“Skenario akan
berlangsung di perairan sekitar kota Davao, di mana terjadi tumpahan minyak
akibat dari musibah tubrukan antara kapal tanker MT. SPILLER dengan kapal
penumpang pada area “no-take-zone” atau area di mana kegiatan memancing dan
kegiatan rekreasi lainnya dibatasi,” ungkap Ahmad.
Latihan kali ini, ujar Ahmad, akan difokuskan pada
pelaksanaan Pencairan dan Penyelamatan (SAR), Pemadam Kebakaran, serta
Penanggulangan Tumpahan Minyak.
“Di samping
itu, tentunya terdapat latihan tambahan, seperti misalnya latihan penghitungan
biaya yang diperlukan untuk melaksanakan operasi penanggulangan tumpahan minyak
serta biaya klaim dan kompensasi,” imbuh Ahmad.
Ahmad menjelaskan, bahwa pada MARPOLEX 2019 ini,
Filipina akan mengerahkan 14 unit kapal dan 1 unit helikopter, Jepang
mengerahkan 1 unit kapal dan 1 unit helikopter, sedangkan Indonesia akan
menurunkan 3 unit Kapal Negara Patroli Sea and Coast Guard Indonesia.
“KNP. SAROTAMA
pada skenario latihan nanti akan berperan untuk merespons musibah tumpahan
minyak. KNP. GANDIWA berperan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan.
Sedangkan KNP. KALAWAI berperan dalam membantu memadamkan kebakaran yang
terjadi,” kata Ahmad.
Sementara itu, Kepala Pangkalan PLP Kelas II Tanjung
Uban, Moh Nasir Radjab mengatakan bahwa pada skenario latihan kali ini, KNP.
SAROTAMA-P.112 yang dinakhodai oleh Capt. Desi Suzanti Z, akan menggelar Oil
Boom untuk menanggulangi tumpahan minyak di laut.
Pihaknya, berkomitmen akan menunjukan keahlian dan
ketrampilan penanggulangan pencemaran minyak di laut dengan sebaik-baiknya
untuk membawa nama bangsa Indonesia sebagai negara maritim dan negara kepulauan
terbesar di dunia. (Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar