Jakarta (wartalogistik.com) – PT Jasa Armada
Indonesia (JAI) yang dibentuk untuk melayani jasa pemanduan dan penundaan
kapal, mempunyai banyak segmen usaha. Namun untuk saat ini prioritas utama
masih pada menggarap jasa pemanduan dan penundaan di dalam wilayah PT Pelabuhan
Indonesia II dan yang diluar kawasan induk perusahaan seperti TUKS (Terminal
Untuk Kepentingan Sendiri) serta usaha lainnya.
“Sedikit-demi sedikit memang sudah dijalankan kegiatan
mendapatkan pekerjaan di luar segmen usaha pemanduan dan penundaan, tapi kami
masih prioritas pada segmen usaha pemanduan dan penundaan, karena peluangnya
besar, permodalannya siap dan sarana juga ada,” kata Direktur Utama PT JAI, Dawan Atmosudiro, seusai penjelasan pers terkait selesai kegiatan RUPS
Tahunan (Rapat Umum Pemegang Saham) PT Jasa Armada Indonesia Tbk, di Jakarta,
Selasa (18/6).
Lebih jauh Dirut JAI itu menyatakan, sebagai anak
perusahaan PT Pelabuhan Indonesia II, PT JAI tetap akan memfokus pada pasar
utama yaitu melayani kegiatan pelayanan kapal di seluruh wilayah kerja. Hal itu terlihat sampai saat
ini layanan terbesar adalah di pelabuhan milik PT Pelabuhan Indonesia II. Namun
sedikit demi sedikit kegiatan usaha di luar pasar utama dijalani yakni pada
tahun 2017 memperluas saya bisnisnya
dengan melayani angkutan laut (shipping) dan pengelolaan kapal. Pada tahun 2018
memperluas kegiatan jasa pemanduan dan
penundaan pada Tersus di Bayah (Banten), Tanjung Jabung (Jambi).
“Sedangkan tahun ini sejak bulan Maret memperluas
pelayanan di wilayah Ambang Luar Sungai
Musi,” kata Dawam.
Ke depan, tambahnya, peluang pekerjaan terbuka
luas dan potensial untuk bisa diraih. Namun demikian sebelum mendapatkan
pekerjaan harus terlebih dahulu dilakukan kajian. Jangan sampai, karena tergiur
untuk untuk mendapatkan pekerjaan bukan untung tapi rugi.
“Itu terjadi misalnya di TSS, memang peluang untuk dilayani, tetapi potensi
kegiatan pelayanan kurang, misalnya kapal yang datang sebulan minim. Khan ini
perlu dipertimbangkan, karena kalau diambil rugi,” katanya.
Dawam yang melihat kegiatan perseroan mengalami
penurunan pendapatan, tetap optimis kedepannya peluang usaha bisa diraih,
dengan berbagai potensi yang ada di dalam perusahaan. Untuk itu perusahaan juga tetap melakukan
penataan internal, baik sarana dan prasarana dalam rangka mendukung kebijakan yang
dilakukan manajemen.
“Yang jelas apa yang sudah dilakukan manajemen sesuai
dengan ketentuan perusahaan dan amanat yang ditetapkan perusahaan induk,” kata
Dawam.
Usaha lain yang bisa dilakukan JAI karena sudah memiliki perijinan diantaranya perusahaan pelayaran, badan usaha pelabuhan, keagenan awak kapal.
Usaha lain yang bisa dilakukan JAI karena sudah memiliki perijinan diantaranya perusahaan pelayaran, badan usaha pelabuhan, keagenan awak kapal.
Dalam penjelasannya di depan media dan para
analis saham, Dawam Atmosudiro menyampaikan bahwa laba
bersih perseroan pada 2017 tercapai Rp.120,43 milliar namun pada 2018 sebesar
Rp.72,81 milliar, atau turun sekitar 40%.
Kendati begitu, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPST) telah menyetujui, ditempuh tiga langkah strategis yakni; pertama,
penetapan penggunaan laba perseroan tahun buku 2018 yang seluruhnya berjumlah
Rp.72,8 milliar untuk cadangan sebesar Rp.1,45 milliar atau sekitar 2,6%.
Kedua, deviden tunai sebesar Rp.35,9 milliar atau 49,3%, dan memberikan kuasa kepada Direksi Perseroan dengan hak substitusi untuk menetapkan jadwal dan tata cara pembagian deviden tahun buku 2018.
Kedua, deviden tunai sebesar Rp.35,9 milliar atau 49,3%, dan memberikan kuasa kepada Direksi Perseroan dengan hak substitusi untuk menetapkan jadwal dan tata cara pembagian deviden tahun buku 2018.
Ketiga, disetujui laba ditahan yang belum
ditentukan penggunaanya sebesar Rp.35,4 milliar atau sebesar 48,64%.
Dalam RUPST itu juga tidak ada usulan untuk perubahan jajaran direksi, sehingga komposisi direksi tidak berubah.
Dalam RUPST itu juga tidak ada usulan untuk perubahan jajaran direksi, sehingga komposisi direksi tidak berubah.
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia PT JAI,
Herman Susilo mengatakan, hingga saat ini pendapatan jasa pelayanan kapal masih
mendominasi segmen atau pendapatan perseroan sebesar 89,4%.
“Sedangkan sisanya dari pengelolaan kapal. Dari jumlah itu, jasa pelayanan kapal di pelabuhan Tanjung Priok mendominasi pendapatan perseroan pada tahun lalu yakni 55 %, kemudian disusul pelabuhan Palembang 14 persen, Banten 13 persen dan Panjang 8 persen," kata Herman.
.
Sementara itu Capt. Supardi, dalam penjelasannya sebagai
Direktur Operasi menyatakan peluang usaha pemanduan dan penundaan masih terbuka
dan sangat besar potensinya. Alasanya, karena sampai saat ini masih sedikit
jumlah perusahaan dan marketnya banyak.
“Sekarang banyak perusahaan mendirikan pelabuhan, dan tentunya
membuat market pemanduan dan bertambah. Adanya ekplorasi minyak di laut,
sehingga membangun terminal (TSS) ini juga peluang yang sedang kita garap
dengan SKK Migas, pembahasan terus berlangsung dan sudah ada yang diserahkan ke
kita,” papar Capt. Supardi. (Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar