Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.Ip, dilantik Presiden Jokowi menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-17, Jumat sore, 8 Desember 2017, menggantikan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang non job hingga pensiun Maret 2018. Lulusan Akademi Angkatan Udara 1986 kelahiran Malang, Jawa Timur, 8 November 1963 Itu sebelumnya, menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Irjen Kemenhan dan Sekretaris Militer Presiden. Dia tampak chemistry dengan Presiden Jokowi.
Chemistry Hadi dengan Jokowi terlihat saat peresmian pesawat N219 sebagai pesawat Nurtanio di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (10/11/2017). Acara peresmian itu dihadiri puluhan anak yang memakai baju seragam sekolah dasar dan topi biru bertulisan N219. Saat Presiden Jokowi mengucapkan kata peresmiannya, salah satu siswi di barisan paling depan muntah. Jokowi menggerakkan tangan menunjuk ke arah anak yang muntah itu, memberi isyarat kepada ajudannya. Namun, justru KSAU Hadi Tjahjanto yang langsung menangkap isyarat itu. Ajudannya kalah cepat. Dengan sigap, Hadi langsung menggendong anak SD itu ke bagian belakang pesawat untuk beristirahat.
Marsekal Hadi Tjahjanto ternyata bukanlah orang baru bagi Presiden Jokowi. Saat Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo, Hadi bertugas sebagai Danlanud Adi Sumarmo, Solo (2010-2011). Saat ditugaskan menjabat Danlanud Adi Sumarmo, Hadi sempat merasa kecewa, karena sebelumnya dia sempat ditempatkan di Pangkalan Udara Hussein Sastranegara. Tapi rupanya itulah jalan yang dilapangkan Allah kepadanya, karena di Solo itulah dia dikenal oleh Jokowi. Jika saat itu Hadi diangkat jadi Danlanud Hussein Sastranegara, mungkin kariernya akan berbeda.
Lalu, pada tahun awal Jokowi menjabat Presiden, Hadi dipercaya sebagai Sekretaris Militer, berpangkat Marsekal Muda (2015-2016). Sebagai Sekretaris Militer, Hadi bekerja di bawah Kementerian Sekretariat Negara. Dia bertugas memberi dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan tertinggi dalam hal pengangkatan dan pemberhentian perwira Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, penganugerahan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan serta pengoordinasian pengamanan Presiden dan Wakil Presiden.
Setelah itu, karier Hadi pun meroket. Pada November 2016, Hadi dipromosi menjadi Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan dengan pangkat Marsekal Madya. Hanya berselang kurang dari tiga bulan, Hadi diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara berpangkat Marsekal (bintang empat), pada 18 Januari 2017, menggantikan Marsekal Agus Supriatna. Belum setahun, Hadi dilantik menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jumat sore, 8 Desember 2017.
Presiden Jokowi tampaknya sudah mempersiapkannya menjabat Panglima TNI. Sebagaimana dikemukakan Jenderal Gatot Nurmantyo di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/12/2017) bahwa penunjukan Hadi sebagai Panglima TNI tidak mendadak, melainkan sudah dipersiapkan sejak awal. Menurut Gatot, hal ini bisa dilihat dari langkah Presiden Jokowi saat memilihnya menjabat Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) pada Januari 2017. Presiden Jokowi tidak memilih Wakil KSAU untuk naik jabatan, tetapi memilih Hadi yang saat itu menjabat Irjen Kementerian Pertahanan.
Presiden Memilihnya
Presiden Joko Widodo menyurati DPR mengajukan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon tunggal Panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo yang baru akan pensiun Maret 2018. Surat pengajuan tersebut diserahkan langsung Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Senin (4/12/2017) pagi, untuk mendapat persetujuan dari DPR.
Alasan Presiden Joko Widodo mengajukan Marsekal Hadi adalah karena dinilai memiliki kepemimpinan dan kemampuan untuk membuat TNI lebih baik. “Bisa membawa TNI ke arah yang lebih profesional sesuai jati dirinya. Yakni tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional,” kata Presiden Jokowi di Bandung, Senin (4/12/2017).
Surat presiden tersebut, segera dibahas dalam rapat pimpinan DPR dan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Bamus DPR hari itu juga, kemudian diserahkan kepada Komisi I untuk segera melakukan fit and proper test (uji kelayakan dan kepatutan). Komisi I melakukan uji kelayakan dan kepatutan tersebut di Gedung DPR, Jakarta, Selasa-Rabu (5-6/12/2017). Marsekal Hadi Tjahjanto diantar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mulyono dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi ke Gedung DPR, Jakarta, untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan tersebut.
Jenderal Gatot mengatakan, pengantaran Hadi merupakan sebuah simbol bahwa TNI siap dipimpin Kepala Staf Angkatan Udara tersebut. Gatot mengatakan dirinya siap menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Hadi. “Saya sebagai panglima sebuah kehormatan sebagai pertanda bahwa begitu disetujui tongkat estafet saya berikan kepada Pak Hadi dan siap mendampingi,” ujarnya.
Dalam uji kelayakan dan kepatutan itu, Komisi I lebih dahulu melakukan pemeriksaan administrasi. Kemudian Hadi dipersilakan menyampaikan visi dan misinya sebagai calon Panglima TNI. Kemudian seluruh anggota fraksi di Komisi I diberi waktu mengajukan pertanyaan. Semua proses itu dilayani Marsekal Hadi dengan baik. Lalu, Rabu, 6 Desember 2017, Komisi I DPR memutuskan secara bulat (musyawarah mufakat) menyetujui Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto menjadi Panglima TNI mengantikan Jenderal Gatot Nurmantyo.
Persetujuan Komisi I tersebut kemudian disampaikan ke Rapat Paripurna DPR yang digelar, Kamis, 7 Desember 2017. Rapat Paripurna DPR juga menyetujuinya secara aklamasi. Pimpinan DPR pun segera mengirimkan surat keputusan persetujuan DPR tersebut kepada Presiden, siang hari itu juga. Setelah itu, Jumat, 8 Desember 2017, tepatnya pukul 17.00, upacara pelantikan pun digelar di Istana Negara, Jakarta.
Pantauan TokohIndonesia.com, prosesi pelantikan Marsekal Hadi Tjahjanto diawali pembacaan surat Keputusan Presiden Nomor 83 TNI Tahun 2017 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Panglima TNI oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara Cecep Sutiawan. “Mengangkat Marsekal TNI Hadi Tjahjanto SIP, dengan NRP 509043 sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia,” ucap Cecep.
Lalu, Presiden Jokowi menyematkan tanda pangkat di pundak Hadi. Kemudian, Presiden Jokowi melantik dengan memimpin pengambilan sumpah jabatan Panglima TNI atas Hadi. Saat bersamaan tokoh agama memegang Al-Quran persis di atas kepala Hadi.
Demikianlah sumpah jabatan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto tersebut: “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya untuk diangkat pada jabatan ini baik langsung maupun tidak langsung dengan rupa atau dalih apapun juga tidak memberi tahu menyanggupi akan memberikan sesuatu kepada siapapun juga.”
“Bahwa saya tidak akan menerima hadiah atau suatu pemberian rupa apa saja dari siapapun juga yang saya tahu atau patut dapat mengira bahwa ia mempunyai hal yang bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan saya.”
“Bahwa saya akan senantiasa menjunjung tinggi sumpah prajurit.”
Dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara pelantikan, disaksikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian. Acara diakhiri dengan pemberian selamat kepada Marsekal Hadi dan istri oleh Presiden dan Wakil Presiden diikuti pejabat undangan yang hadir. Di antaranya, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, Jenderal Gatot Nurmantyo, para pimpinan MPR RI, DPR RI dan DPD RI, serta sejumlah menteri Kabinet Kerja serta para pimpinan lembaga negara.
Karier
Hadi Tjahjanto menyelesaikan pendidikan militernya di Akademi Angkatan Udara pada 1986. Setelah itu, ia langsung meneruskan ke Sekolah Penerbang TNI-AU. Dia pun mengawali kariernya menjadi pilot pesawat TNI AU sebagai Perwira Penerbang Skadron Udara 4 Pangkalan Udara Abdul Rachman Saleh, Malang (1986-1993). Kemudian dia ditugaskan menjabat Kepala Seksi Latihan Skuadron 4 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, 1993; Komandan Flight Ops A Flightlat Skuadron Udara 32 Wing 2 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, 1996; dan Komandan Flight Skadron Pendidikan 101 Pangkalan Udara Adi Soemarmo (1997).
Kemudian mendapat tugas sebagai Kepala Seksi Bingadiksis Dispers Pangkalan Udara Adi Soemarmo (1998); Komandan Batalyon III Menchandra Akademi TNI (1998); Instruktur Penerbangan Pangkalan Udara Adi Sucipto (1999); Kepala Seksi Keamanan dan Pertahanan Pangkalan Dinas Operasi Pangkalan Udara Adi Sucipto (2000); dan Komandan Satuan Udara Pertanian Komando Operasi Angkatan Udara I (2001).
Setelah itu, menjabat Kepala Departemen Operasi Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (2004); Pamen, Dinas Administrasi dan Personel Angkatan Udara (Disminpersau) dan menjabat Kepala Dinas Personel Pangkalan Udara Abdul Rachman Saleh (2006); Kepala Sub Dinas Administrasi Prajurit Dinas Administrasi Persatuan Angkatan Udara (2007); Komandan Pangkalan Udara Adi Soemarmo (2010-2011); Perwira Bantuan I/Rencana Operasi TNI (2011); Perwira Menengah Sekretaris Militer Kementerian Sekretaris Negara (2011); dan Direktur Operasi dan Latihan Badan SAR Nasional (2011-2013).
Namanya mulai dikenal publik saat dipercaya menjabat Kepala Dinas Penerangan TNI AU (2013-2015). Kemudian sempat menjabat Komandan Pangkalan Udara Abdul Rachman Saleh, Malang (2015), sebelum diangkat menjabat Sekretaris Militer Presiden, 2015-2016; dipromosi menjabat Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan (2016-2017) sebelum menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Januari 2017); lalu dilantik menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia, 8 Desember 2017. Selengkapnya: Biodata Marsekal Hadi Tjahjanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar